Kamis, 27 Agustus 2015

Manis

"Is there something bothering you?"  Suara Dias mulai terdengar khawatir.

"Ah?"

"Kamu ngelamun dari tadi."

"Ooh.." jawab Ana masih belum sadar.

"Masih kepikiran gara-gara tadi gak jadi pergi?" Tanya Dias.

Ana akhirnya mengrejapkan matanya, mulai sadar, "eh, hehehe."

"Kenapa tadi gak ikut mereka aja, sih? Selalu jadi nyesel terakhir gini, deh."

Ana hanya mengangkat bahunya, tanda tidak tahu. "As, aku pengen ke Bromo." Kata Ana tiba-tiba.

Dias tertawa lalu mengacak-acak rambut Ana. "Kenapa tiba-tiba pengen ke Bromo?" tanyanya.

"Udah lama pengen. Cuma sekarang bener-bener pengen banget."

Dias tidak mengucapkan satu kata pun. Inilah sebenarnya yang menggagu pikiran Ana dari tadi.

"Aku capek. Pengen lupain semuanya. Sebentar juga gak apa-apa. Pengen pergi yang jauuuuuuuh banget. Jadi gak usah mikirin apa-apa." Lanjut Ana sambil tersenyum sedih ke arah Dias.

Dias mengelus lembut kepala Ana. Hari ini untung Dias mengajaknya keluar. Setidaknya dia bisa berusaha untuk membuat waktu sulit Ana saat ini menjadi lebih pendek.

Dias mengakui, Ana adalah salah satu perempuan yang gampang menangis. Tapi meskipun menangis, Ana tidak ingin ada yang melihatnya, termasuk orang-orang terdekatnya. Saat ini pasti Ana sedang berusaha keras menahan air matanya.

Ana sedang dalam titik terendahnya saat ini. Dias tahu. Ana bukan orang yang lemah. Tapi saat-saat seperti ini, Ana sangat mudah terpuruk hanya dengan terlibat atau malah hanya melihat masalah sekecil dan paling sepele sekalipun. Hal apa yang membuat Ana bisa seperti ini, Dias tidak mengerti. Karena Ana sendiri pun tidak mengerti kenapa dia suka seperti ini. Mungkin Ana hanya lelah dengan apa yang sedang dijalaninya. Atau mungkin sedang marah dengan diri sendiri, atau entah apa itu, baik Ana apalagi Dias, tidak tahu. Yang jelas bukan karena masalah sepele seperti tidak jadi ikut pergi dengan teman-temannya tadi. Hal itu hanya menjadi salah satu pemicu rasa frustasinya muncul, yang pasti sudah disembunyikannya dengan baik hingga saat ini.

Ana melamun lagi. Kali ini air matanya keluar. Tangannya secara otomatis menghapus air matanya. Tapi matanya kembali basah lagi.

Tangan Dias sudah bergerak untuk menghapus air mata itu, tapi diurungkannya. Tangan Dias ingin mengusap lembut punggung Ana, karena hal itu sangat Ana sukai dan dapat membuatnya nyaman. Tapi hal itu bisa membuat tangis Ana lebih-lebih lagi, Dias mengurungkan niatnya lagi.

"Nanti kita ke Bromo." Kata Dias tiba-tiba.

"Tapi gak bakal boleh sama Mama." Kata Ana sedih.

"Nanti aku yang minta izin. Aku bakal pastiin kita ke Bromo. Long weekend dua minggu lagi." Jelas Dias. Ana tersenyum. Dias lega dan ikut tersenyum. "Kamu lagi pengen apa sekarang?" Tanya Dias kemudian.

"Yupi." Jawab Ana dengan cengiran lebarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar