Kamis, 27 Agustus 2015

Bulan dan Bintang

"Apa kamu pernah lihat, bintang meninggalkan bulan?"

"Sering. Bulan selalu sendiri akhir-akhir ini di gelapnya langit malam. Bintang tidak ada di sana."

Orang di depannya tersenyum, "bintang hanya tidak terlihat. Tertutup awan, yang dibawa oleh angin yang kuat. Kamu tidak sadar? Bintang selalu di tempatnya, menemani bulan. Meskipun jarang menampakkan dirinya."

Bulan merenung memikirkan percakapannya dengan orang tidak dikenal di stasiun tadi. Hanya percakapan singkat saat menunggu kereta terakhir di malam yang gelap. Orang tadi tidak tahu namanya Bulan. Orang tadi juga tidak tahu kalau Bulan mengenal Bintang. Dulu, dengan sangat baik.

Karisma Bintang. Sama seperti bintang, memancarkan sinarnya sendiri. Sedangkan ia, Bulan Andari, butuh bantuan untuk membuatnya bersinar. Ia harus menangkap cahaya yang dipantulkan padanya, sehingga bisa bersinar, menerangi gelapnya malam.

Dulu, saat keduanya masih kecil, masih berlari hanya mengenakan kaus dalam dan celana pendek, selalu bersama ke mana pun, kapan pun. Mereka berdampingngan. Bersama-sama menyinari kehidupan di sekitar mereka.

Sampai mereka tumbuh remaja, bertemu orang-orang baru. Kehadiran Bintang lambat laun tertutup. Tertutup oleh awan-awan yang di bawa angin. Awan-awan itu, kadang menutupi Bulan juga. Tapi karena sinarnya yang begitu terang, posisinya masih bertahan.

Bulan yang menyadari Bintang sering menghilang, akhirnya berusaha bertahan sendiri, ditemani angin yang menyejukan dan awan yang meneduhkan. Hingga akhirnya benar-benar lupa akan Bintang.

Hingga beberapa tahun kemudian, Bulan mendengar kabar, Bintang sudah tiada. Terlibat dalam kecelakaan mobil. Mobilnya menabrak sebuah truk yang melaju kencang.

Sekarang Bulan ingat, beberapa tahun yang lalu, mobilnya menabrak pembatas jalan akibat ada mobil yang tiba-tiba menyalip di depannya saat ia sedang membalas pesan singkat temannya. Mobil tersebut menabrak truk. Yang setelah dilakukan penyelidikan, rem truk tersebut tidak berfungsi.

Air mata Bulan menetes. Bintang tidak pernah benar-benar meninggalkannya. Bintang hanya tertutup awan. Menjadi tidak terlihat. Tapi Bintang selalu ada di sisinya. Seperti keputusannya untuk menahan truk itu agar tidak menabrak mobil Bulan.

Manis

"Is there something bothering you?"  Suara Dias mulai terdengar khawatir.

"Ah?"

"Kamu ngelamun dari tadi."

"Ooh.." jawab Ana masih belum sadar.

"Masih kepikiran gara-gara tadi gak jadi pergi?" Tanya Dias.

Ana akhirnya mengrejapkan matanya, mulai sadar, "eh, hehehe."

"Kenapa tadi gak ikut mereka aja, sih? Selalu jadi nyesel terakhir gini, deh."

Ana hanya mengangkat bahunya, tanda tidak tahu. "As, aku pengen ke Bromo." Kata Ana tiba-tiba.

Dias tertawa lalu mengacak-acak rambut Ana. "Kenapa tiba-tiba pengen ke Bromo?" tanyanya.

"Udah lama pengen. Cuma sekarang bener-bener pengen banget."

Dias tidak mengucapkan satu kata pun. Inilah sebenarnya yang menggagu pikiran Ana dari tadi.

"Aku capek. Pengen lupain semuanya. Sebentar juga gak apa-apa. Pengen pergi yang jauuuuuuuh banget. Jadi gak usah mikirin apa-apa." Lanjut Ana sambil tersenyum sedih ke arah Dias.

Dias mengelus lembut kepala Ana. Hari ini untung Dias mengajaknya keluar. Setidaknya dia bisa berusaha untuk membuat waktu sulit Ana saat ini menjadi lebih pendek.

Dias mengakui, Ana adalah salah satu perempuan yang gampang menangis. Tapi meskipun menangis, Ana tidak ingin ada yang melihatnya, termasuk orang-orang terdekatnya. Saat ini pasti Ana sedang berusaha keras menahan air matanya.

Ana sedang dalam titik terendahnya saat ini. Dias tahu. Ana bukan orang yang lemah. Tapi saat-saat seperti ini, Ana sangat mudah terpuruk hanya dengan terlibat atau malah hanya melihat masalah sekecil dan paling sepele sekalipun. Hal apa yang membuat Ana bisa seperti ini, Dias tidak mengerti. Karena Ana sendiri pun tidak mengerti kenapa dia suka seperti ini. Mungkin Ana hanya lelah dengan apa yang sedang dijalaninya. Atau mungkin sedang marah dengan diri sendiri, atau entah apa itu, baik Ana apalagi Dias, tidak tahu. Yang jelas bukan karena masalah sepele seperti tidak jadi ikut pergi dengan teman-temannya tadi. Hal itu hanya menjadi salah satu pemicu rasa frustasinya muncul, yang pasti sudah disembunyikannya dengan baik hingga saat ini.

Ana melamun lagi. Kali ini air matanya keluar. Tangannya secara otomatis menghapus air matanya. Tapi matanya kembali basah lagi.

Tangan Dias sudah bergerak untuk menghapus air mata itu, tapi diurungkannya. Tangan Dias ingin mengusap lembut punggung Ana, karena hal itu sangat Ana sukai dan dapat membuatnya nyaman. Tapi hal itu bisa membuat tangis Ana lebih-lebih lagi, Dias mengurungkan niatnya lagi.

"Nanti kita ke Bromo." Kata Dias tiba-tiba.

"Tapi gak bakal boleh sama Mama." Kata Ana sedih.

"Nanti aku yang minta izin. Aku bakal pastiin kita ke Bromo. Long weekend dua minggu lagi." Jelas Dias. Ana tersenyum. Dias lega dan ikut tersenyum. "Kamu lagi pengen apa sekarang?" Tanya Dias kemudian.

"Yupi." Jawab Ana dengan cengiran lebarnya.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Waktu Senggang

Setelah sekian lama tidak menulis, rindu juga. Entah kenapa disaat jadwal lagi padat-padatnya, keinginan untuk menulis sangat mengebu-gebu. Menyempatkan menulis di bis saat pulang kuliah, saat mau tidur, atau saat bosan menunggu entah apa. Tapi saat waktu begitu lenggang, seperti sekarang (yang ngomong-ngomong sudah libur kuliah dari minggu ke dua bulan ramadhan kemarin) kegiatan saya terus terang kurang produktif. Niat dari lama yang ingin menyelesaikan cerita bersambung, hingga kini belum selesai (meskipun ceritanya sudah selesai dalam benak saya).

Ingin memulai kembali menulis novel, atau novella, atau bahkan cerita pendek yang konsepnya sudah berkecamuk di dalam benak saya. Well, sebenarnya untuk novel belum ada ide, tapi tetap saja membuat sebuah tulisan adalah impian saya sejak bangku sekolah dasar dulu. Memulai dengan membuat cerpen untuk tugas sekolah, menulis ulang cerita dari film yang saya sukai dengan tambahan cerita dari saya sendiri, sampai membuat cerita baru bersama teman saya (semacam duet).

Waktu saya SMP, setiap liburan sekolah saya pasti mencoba untuk membuat cerita. Cerita seorang anak SMA, yang belum saya alami, yang ceritanya tipikal banget, dan selalu berhenti setelah mencapai 20-30an halaman. Saat punya ide baru, mulai lagi dari awal. Belum terpikir untuk menyatukan ide itu dalam cerita yang sudah ada.

Saat SMA cukup berbeda. Saya menulis tangan cerita-cerita itu. Sudah ada tiga kisah kalau tidak salah. Salah satunya pernah dibaca oleh seorang teman, alhamdulillah mendapat respon positif, tapi lagi-lagi tidak selesai. Sepertinya belum ada yang selesai, kecuali cerita pendek yang saya tulis hari itu, dan selesai hari itu juga.

Setelah kuliah, sudah merasakan masa-masa remaja, sudah merasakan bagaimana suasana kuliah, cerita-cerita dalam benak saya pun bertambah banyak. Tapi hanya beberapa yang tertulis.

Liburan ini, waktunya cukup panjang, sekitar 2 bulan. Tapi blog ini kelihatannya cukup tidak terawat. Oh ya, sekarang waktu yang tertera di setiap post sudah benar.

Liburan ini seharusnya kisah Karemia sudah sampai ending. Blog ini seharusnya berisi cerita-cerita pendek yang selalu mengisi benak saya. Padahal akhir-akhir ini saya selalu tidur larut. Saya memang suka tidur malam, tapi paling malam saya tidur jam setengah 3. Itu pun sangat jarang. Sekarang saya tidur paling tidak jam 2. Tidur jam 12 sudah termasuk tidur cepat. Yang paling parah terjadi beberapa minggu lalu dimana saya benar-benar tidak bisa tidur. Saya mulai tidur setelah subuh. Dan itu terjadi tiga hari berturut-turut. Memang saya bangunnya cukup siang, tapi tidur saat hari gelap adalah yang paling baik menurut saya. Bukan saat matahari sudah terbit. Untungnya, setelah itu paling larut saya tidur jam setengah 4 dan paling seringnya jam 1-2.

Tiga hari itu benar-benar menyiksa saya. Saya selalu melihat jam. Melihat jarumnya bergerak, semakin pagi. Setalah saya membaca beberapa artikel, ternyata selalu melihat jam saat tidak bisa tidur justru akan tambah menyiksa kita. Saya sudah mengalaminya sendiri.

Jadi, apa yang saya lakukan di libur panjang ini? Jalan-jalan? Bukan. Saya menghabiskan hampir 2 bulan ini di rumah. Paling keluar sebentar, menemani Mama ke pasar, membeli keperluan, dan yang lainnya. Ya, memang tidak benar-benar di rumah, sih. Sebenarnya ada rencana menjelang masuk nanti bersama sahabat-sahabat saya, semoga jadi.

Hal yang paling menyita waktu saya saat liburan ini adalah... nonton. Nonton film, tv series, bahkan drama korea. Sebelum mulai nonton akhir-akhir ini, saya baca novel terjemahan, yang belum di terjemahkan. Saya bacanya dalam bentuk ebook dan sangat membantu saya yang belum pernah membaca novel dalam bahasa inggris karena bisa langsung menerjemahkan kata-kata yang baru saya temui. Yang saya baca, Gallagher Girls series yang ditulis Ally Carter. Saya sudah selesai baca hingga buku ke enamnya, termasuk cerita-cerita pendek mengenai Cammie dan kawan-kawannya. Well, sebenarnya yang saya baca dalam versi aslinya hanya buku ke 5-6 dan dua cerita pendeknya. Gallagher Girls buku pertama sebenarnya sudah saya miliki dari tahun 2010, lalu buku ke tiganya, dan yang ke empat beberapa saat berikutnya. Buku ke dua sangat sulit saya dapatkan, sehingga tiga buku Gallagher Girls hanya terpajang di rak buku saya selama kurang lebih 5 tahun tanpa dibaca (kecuali buku pertama) karena cerita buku satu dengan yg lain sangat nyambung sehingga kalau terlewat satu buku langsung tidak mengerti jalan ceritanya.

Setelah sering mencari akhirnya saya menemukan buku ke duanya, Cross My Heart and Hope to Spy beberapa minggu sebelum liburan ini dimulai. Saya mulai membaca Gallagher Girls dari buku pertamanya hingga selesai buku ke empat. Hal yang saya rasakan saat selesai membacanya, penasaran. Saya tau memang buku seri itu ada enam, tapi baru empat yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Hingga akhirnya saya mencoba mencari ebook gratis buku selanjutnya, dan ketemu. Syukurlah, akhirnya happy ending dan membuat saya sedikit kecanduan baca buku terjemahan dalam versi aslinya. Mungkin nanti saya akan mulai membaca buku versi asli dalam bentuk kertas, bukan digital.

Kembali ke kegiatan saya selama akhir-akhir ini, nonton. Film-film yang saya tonton entah itu film lama, film baru, romance, thriller, action, comedy, horror, fantasy, sci-fi, dan lainnya. Sebenarnya hampir seluruh genre film adalah favorit saya, termasuk yang banyak pembunuhannya. Tapi saya tidak suka jenis film komedi yang diadaptasi dari film yang sudah ada. Saya suka film komedi, tapi entah kenapa film komedi seperti itu justru membuat saya suka emosi. Padahal teman-teman saya menganggap film itu lucu.

Tv series yang baru-baru ini saya tonton selain yang ada di tv adalah Flash dan Gossip Girl, meskipun Gossip Girl hanya beberapa episode.

Yang bikin saya cukup terkejut adalah, saya lagi suka drama korea. Sangat suka. Waktu masih kuliah saya perah nonton beberapa drama korea, tapi hanya yang direkomendasikan teman dan yang sudah pasti seru. Tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa saya akan suka hal-hal berbau Korea. Sekarang saya mulai nonton drama korea yang saya cari sendiri, tapi masih yang pemainnya saya tau. Saya juga tidak menyangka bahwa saya akan menikmati musik-musiknya, dan orangnya. Satu orang yang sangat saya suka, aktor yang juga penyanyi dan tergabung dalam Infinite, L atau Kim Myungsoo. :D

Ya, suatu saat kita akan terkejut dengan diri kita sendiri.