"Kenapa? Gue udah kelamaan neduh di rumah lo, ya?"
"Lo tau bukan itu maksud gue. Gausah terlalu berlebihan deh menghadapi masalah, semuanya tuh ada maksudnya. Aldy ngelakuin itu ke lo bukan tanpa alasan."
Mia memutar bola matanya, "Lo tau apa perbedaan antara lo dan Tama? Lo tuh galak, kerjaannya marahin gue, nyindir-nyindir gue. Tama ga pernah gitu."
"Oh jelas. Ga mungkin dia galak-galak sama lo. Nanti incerannya malah kabur. Lo belum tau aja dia gimana aslinya." Fino mengatakannya dengan sangat santai. Dan langsung dibalas dengan tatapan tajam Mia.
Fino mendekatkan wajahnya kearah Mia, "Apa? Gue mengatakan yang sebenarnya. Gue kenal dia udah dari dalam kandungan. Kami itu sangat, sangat, sangat mirip. Dia bahkan mungkin lebih parah dari gue. Belum tau aja." Kata Fino sambil tersenyum lebar.
"Lo putus? Kapan?" Tanya Mia kaget.
"Tadi pagi, Mi. Ga seru banget ya putus pagi-pagi?" Jawab Tama lugas. "Fin, meskipun muka kita sama, Mia gak bakal mau sama lo. Dia maunya sama gue. Iya kan?" Tama mencoba merangkul tapi langsung ditepis oleh Mia.
"Bentar dulu, lo putus? Kok bisa? Gara-gara masalah kemaren?" Mia bertanya dengan nada sangat penasaran.
Mia nenggeleng, "Gak tau. Gue gak pengen ngerepotin kalian dengan hal kaya gini, apalagi kalau sampai harus nginep. Tapi, gue masih males ketemu Aldy. Gue gak ngerti kenapa dia tega ngelakuin itu ke gue. Dia tau banget gimana perasaan gue ke Adri, dia tau gimana gue saat tiba-tiba dia ngilang, gimana saat.." Mia menghentikan ucapannya, menggeleng perlahan lalu melanjutkan, "dia harusnya ngasih surat itu ke gue. Gak seharusnya dia nyembunyiin itu dari gue, selama satu tahun!" Jelas Mia dengan meninggi.
"Terus apa? Kalau Aldy emang ngasih surat itu ke lo, lo mau nyamperin Ardy? Batalin pernikahannya supaya dia bisa balik sama lo, gitu?" Tanya Fino sinis.
"Ya nggak gitu juga, sih." Balas Mia pelan.
"Gak gitu gimana? Lo mengatakan maksud lo dengan jelas tadi."
Kalau kamu akhirnya memutuskan untuk datang sebelum pernikahan, aku mungkin akan mempertimbangkan lagi keputusanku untuk menikah saat itu."Kalau gue tau sih gak mau ya, punya cewek ya masih belum bisa ngelepasin masa lalunya. Dan bukan aja belum bisa lepas, tapi ini masih berharap! Gue gak kebayang mantan lo dulu. Dia sadar gak ya kalau hati lo sebenernya bukan milik dia selama itu?" Nada bicara Tama terlihat santai, tapi kalimatnya barusan terdengar seperti tamparan bagi Mia. Mukanya yang biasanya terlihat iseng, kali ini terlihat sangat serius.
"Pantes aja ya, lo biasa aja waktu putus sama siapa tuh namanya? Rian? Eh, Ruben ya?"
"Jadi udah gak marah sama gue?" Mia berbalik lalu disambut dengan cengiran Aldy. Mia tertawa, menggeleng, lalu memeluk Aldy.