Minggu, 10 April 2016

Cerita

Hai, saat ini saya sedang berada di dalam lab, dengan laptop yang terbuka, menulis entah apa, yang jelas, saya bosan.

Hari ini sebenarnya bukan hari yang buruk. Hanya saja saat ini saya tidak tahu harus berbuat apa. Yaa, walaupun sebenarnya banyak hal yang harus saya kerjakan, sih. Kadang sering merasa bosan seperti ini. Disaat banyak yang harus dikerjakan, tapi niatnya tidak ada. Lihat saja, kalimat yang sama saya ulang lagi.

Sedikit cerita, saya sedang melaksanakan PKL sekarang. Praktik Kerja Lapangan, ya, bukan Pedagang Kaki Lima. Seminggu lagi saya genap dua bulan PKL. Tidak terasa. Awalnya menganggap waktu tiga bulan adalah waktu yang sangaaat lama. Tapi setelah dijalani, dengan waktu yang tinggal sebulan, proyek yang harus dikerjakan dan tugas wajib alias tugas akhir saya, masih jauh dari kata rampung. Target awal dua bulan harus sudah selesai semua, H-7 hari dari dua bulan, apa yang saya targetkan baru selesai 50%. Waktu terasa sangat cepat sekarang.

Panik? Lumayan. Kadang disaat saya sedang melamun atau diam, dua hal ini pasti terlintas. Kadang stres mendadak karena tidak bisa memecahkan masalah kecil yang harusnya bisa dipikirkan lain waktu. Eh, ya, ngomong-ngomong proyek dan tugas akhir saya ini berhubungan, tugas akhir saya akan membahas proyek saya ini. Temanya? Tentang hal yang pernah saya lakukan di kampus, dan dapat pengalaman menarik di dalamnya. Bukan pengalaman yang begitu baik, tapi apa pun itu, pengalaman pasti mengajarkan kita sesuatu.

Ngomong-ngomong pengalaman, ada satu pengalaman yang memberikan saya pelajaran sangat penting.

Dan saya lupa pengalaman apa yang ingin saya ceritakan ini.

Sebenarnya hari ini sudah hari minggu, tiga puluh tiga jam setelah saya menulis kalimat-kalimat di atas. Saat satu setangah hari lalu sedang asik-asiknya menulis, tiba-tiba ada kesibukan mendadak. Ah, sekarang saya ingat apa pengalaman yang ingin saya ceritakan itu.

Seperti yang sudah banyak teman-teman saya tahu, saya sejujurnya tidak memimpikan jurusan yang saya ambil sekarang. Tapi mengingat perjuangan saya dulu yang gagal, saya mencoba untuk menerimanya. Dulu saya sangat idealis. Waktu SMA tepatnya, saat mulai pemilihan jurusan untuk perguruan tinggi. Impian saya? Bisa dilihat di post saya sebelumnya, yang sudah cukup lama itu. Meskipun orang tua saya tidak menolak, tetapi mereka kurang sreg dengan pilihan saya. Orang tua saya sering menanyakan apa saya yakin dengan pilihan yang saya ambil. Tetapi saya tetap dengan pendirian saya. Berbagai cara saya coba, dan hasilnya, gagal. Seluruh test yang saya ikuti gagal. Sempat frustasi karena tidak tahu harus apa lagi. Akhirnya saran orang tua saya, saya ikuti. Dan mulailah perjalanan saya mempejari ilmu ini.

Pelajarannya, restu orang tua adalah hal yang sangat penting. Itulah mengapa saya sangat berhati-hati sekarang dalam bertindak. Saya pernah merasakan akibat dari melawan kehendak orang tua. Meskipun kadang saya menjalani sisa perkuliahan ini dengan setengah hati, lambat laun saya mulai belajar menerimanya (walaupun sangat sulit), mengubah mind set saya bahwa inilah jalan saya. Mungkin saya akan tetap mengejar cita-cita saya, nanti. Setelah semua ini selesai.