Senin, 10 November 2014

Mimpi

"Heh, kenapa bengong gitu?" Sebuah suara mengagetkan Anna dari keterpanaannya.
"As? Loh? Kok bisa?"
"Ngomong apaan, sih?" Dias mengarahkan pandangan ke sekelilingnya, "Mana bis kita?.....Oh."
"Kok oh aja, hubungin siapa gitu. Aku gak bawa apapun."
"Aku cuma bawa ini." Dias menunjukkan passport dan dompetnya. "Ah iya, yuk." Anna tersenyum, mungkin tertinggal bis bisa jadi hal yang menyenangkan.

"Selamat datang di Tembok Berlin, An."
"Aku lupa kamu pernah tinggal disini. Keren, As."
"Aku sahabat yang baik kan? Aku akan ajak kamu keliling Berlin."
"Jadi tour guide yang baik buat aku hari ini, ya." Anna tersenyum miris, sahabat.

"An."
"Hmm?"
"Aku tiba-tiba keinget Vya. Dia masih di sini gak, ya?"
Pandangan Anna cepat beralih dari tembok di depannya ke muka Dias. "Mana aku tau. Kenapa gak kamu coba cari aja mumpung kamu lagi di sini." Jawab Anna ketus. Setelah 3 tahun mereka dekat, nama Vya hanya terucap beberapa kali dari mulut Dias. Vya, perempuan pertamanya.

"Kok jadi ketus gitu? Kamu cemburu?" Dias menggodanya.
Setelah sekian lama perasaan ini dia simpan, masihkah Dias tidak sadar juga?

"An, Vya itu hanya masa lalu. Untuk masa depan, aku berharap bisa ada kita."
"Apa?" Mia memandang Dias dengan perasaan tidak mengerti, dadanya berdebar.
"Kamu butuh kejelasan. Aku sudah mengatakannya tadi. Dan sebenarnya kita tidak ditinggal bis. Aku hanya ingin menciptakan momen." Dias menjelaskan tanpa bisa menyembunyikan cengirannya.

Tiba-tiba tembok di depan Anna runtuh dan menimpanya.

***

"Kamu kok bisa jatuh dari tempat tidur gitu?" Muka Dias muncul dari tempat tidur.
"Aku mimpi kita muda lagi, As."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar